Minggu, Desember 07, 2008

Untuk pertama kalinya bidadari kecilku sakit

Fri, 5 Dec.
12pm.
Tiba-tiba saja badan Kay panas. Suhu tubuhnya mencapai 39 derajat C. Pagi yang masih riang, siang itu terlihat lebih kalem. Makin sore, keadaannya kian parah. Namun bidadari kecilku ini sama sekali tidak rewel. Dia cuma diam saja dengan kondisi badannya yang enggak enak itu. Kay pun tidak mau dipegang suster maupun bediende. Hanya sama saya. Saat saya coba berikan Tempra, Kay langsung muntah banyak sekali. Saya yang malam itu rencananya akan ber-bowling ria di EX memenuhi ajakan bujang party sahabat, harus urung ikut.

5pm.
Setelah menghubungi suami tentang keadaan si kecil, kami pun memutuskan untuk membawa Kay ke dokter. Suami menyarankan RS Mitra Bekasi, yang terdekat. Sementara saya ragu, mengingat kasus RS Mitra Jatinegara yang melarang perawatnya bertugas mengenakan jilbab. Bisa-bisa mendapat diskriminasi dalam pelayanan, nih..pikir saya. Namun untuk tetap berobat ke RS Bunda, sama saja cari penyakit.., lha Jum’at sore kok ya ke Jakartaa...

6pm.
Saya nekat saja pergi ke RS Mitra Bekasi. Di jalan, saya hubungi Dewi, seorang sahabat yang anak-anaknya pasien RS tersebut. Dia merujuk 2 dokter yang kapabilitasnya oke. Saat saya singgung tentang jilbab, sahabat saya kebingungan. Emang kenapa, Deas ? sahabat saya ini balik bertanya. Dia bingung karena, dokter Tisa, salah satu dokter langganannya, berjilbab. Wohohoo...

Setibanya disana, saya terhenyak. Para staff RS dan para pasien mostly berjilbab. Mitra Jatinegara antipati jilbab-er, sementara Mitra Bekasi sebaliknya. Hmm... menarik !

Dokter Tisa ternyata tidak praktek. Mau tidak mau saya mendaftar untuk ke dr. Winarno (terpaksa karena dokter rujukan sahabat saya ini adalah dokter senior which is pasiennya pasti banyuak). Benar saja, saya mendapat nomor urut 27 dan saat itu dokter belum mulai praktek. Weleh!

7pm.
Saya meminjam thermometer ke perawat. Masih di angka 39. Tidak lama kemudian si suster memanggil saya masuk ke dalam ruangan. Si suster ternyata pro-aktif, berinisiatif menceritakan kondisi Kay ke dr. Winarno dan mendapat instruksi dari dokter untuk memberikan obat penurun panas untuk Kay sambil menunggu giliran konsul.

8pm.
Kami masuk ruang dokter. Dari diagnosa dokter, Kay terkena radang tenggorokan dan mendapat obat antibiotik dan puyer. Tidak lama kemudian, papinya Kay datang menjemput. Melihat papinya, Kay langsung minta gendong. Saya pun bisa meluruskan tangan setelah sejak jam 3sore terus menggendongnya.

Sat, 6 Dec.
2am.
Tiba-tiba Kay terbangun dan kami berniat memberikan obatnya. Suhu tubuhnya 39,21. Panas sekali. Saat disuapi obat, lagi-lagi Kay muntah. Jadilah malam itu heboh. Tempat tidur, lantai kamar dan baju suami terkena muntahan. Kay menangis sejadi-jadinya. Melihat penderitaan Kay, saya pun menangis. Seandainya sakit dan penderitaanmu bisa dipindah ke bunda, Nak…

Setengah jam kemudian, Kay sudah tertidur dalam pelukan saya. Dalam gelap, sambil menangis, saya berjanji pada Allah, saya akan mengurangi kesibukan bisnis saya yang belakangan ini mengurangi banyak waktu saya bersama Kay, asal Kay segera disembuhkan. Tidak lama, saya merasakan tubuh Kay sedikit menghangat. Penasaran saya ambil thermometer. Beberapa menit kemudian muncul angka 33. Apa iya? Saya mencoba melihat tegas angka tersebut dengan lampu HP selama beberapa detik. Benar, 33. Apa ini yang namanya mukjizat?

7am.
Suhu Kay masih di angka 35. Naik lagi, pikir saya. Tiba-tiba hari itu Kay hanya mau dipegang oleh saya. Papinya terlihat sedih melihat putrinya tidak mau digendong olehnya. Bahkan saat Kay muntah (lagi) digendongan papinya ketika harus minum obat, kedua tangannya menggapai-gapai ke arah saya dengan tatapan iba minta saya gendong.

Begitulah Kay, selalu menolak setiap minum obat, dan pasti muntah banyak jika menelan obatnya. Sepanjang hari Kay pun rewel, tidak seperti kemarin.

3pm.
Kay berkeringat sangat banyak saat tidur. Sejak banjir keringat, suhu badannya perlahan mulai turun. Dia pun mulai mau digendong papinya.

5pm.
Kay mulai tertawa-tawa jika diajak bercanda. Meski sebentar kemudian dia lemah lagi.

7pm.
Suhu tubuhnya sudah pulih. Saya pun lega. Alhamdulillah….
Selesai sholat maghrib berjama'ah, suami berkata,"Kamu semalem kan nangis liat Kay sakit, kalo aku yang sakit, kamu nangis juga gak?"
Uhuk... uhuk....

Tidak ada komentar: