Setelah membaca Femina edisi tahunan, saya jadi makin bersemangat menekuni bisnis saya. Edisi yang membahas tentang berbisnis dirumah bagi para ibu tersebut mebuat saya melek dan pe-de dalam berbisnis. Disitu disebutkan bahwa seorang Elizabeth Wahyu memulai bisnisnya juga dari rumah, sambil menjaga putrinya. Sekarang, siapa yang tak kenal pengusaha muda tersebut? Aksesoris rancangannya bernilai tinggi dan berkelas. Penghasilannya pun saat ini pastinya sudah melebihi penghasilan seorang CEO. Lebih dari itu, dia bisa terus mengawasi tumbuh kembang putrinya. Sungguh ideal.
Bagi pekerja kantoran, tentu saja perlu keberanian dan keyakinan untuk memulainya. Keberanian untuk mengambil keputusan keluar dari comfort zone yakni kepastian income. Juga keyakinan bahwa kita mampu menekuni bisnis yang sudah pasti akan jatuh-bangun, apalagi hingga bisnis bisa berkembang dan maju.
Beruntung saya tidak memerlukan keberanian, karena saya di-PHK akibat perubahan manajemen perusahaan (di-PHK masih ada untungnya?hehehe...). Yang saya perlukan hanya keyakinan bahwa saya bisa.
Sebenarnya sayapun tidak begitu pe-de saat memulai berbisnis. Apalagi tidak ada pengalaman berbisnis dalam keluarga besar saya. Hanya saja, sejak zaman kuliah saya memang suka iseng, mulai dari mengajar privat English untuk SMA, mengajar baca Qur'an untuk pegawai kantoran, hingga menjual kartu telepon dikios fotocopy kampus (saat itu masih zaman pager). Saya memiliki jiwa 'cari uang', hahaha....
Kini kemandirian finansil saya terusik, ditambah kejenuhan yang memuncak. Ini membuat saya mengeksplorasi peluang yang bisa saya jadikan uang. Saya menyukai kreativitas, keindahan dan menyukai dunia jahit-menjahit. Kombinasi ketiganya saya wujudkan kedalam ButikAlisha. Satu yang saya yakini, hobby yang dijadikan bisnis akan membuat kita lebih tahan banting dalam berbisnis.
Perlahan tapi pasti, bisnis saya berjalan dengan lancar bahkan diluar dugaan, alhamdulillah. Pengalaman kerja dari profesi kerja sebelumnya banyak saya aplikasikan dalam berbisnis, mulai dari bernegosiasi hingga maintain relationship. Alhamdulillah..., saya benar-benar bersyukur pada-Nya. Untuk jangka pendek, saya belum berani bermimpi, karena situasi krisis global saat ini. Meski demikian, untuk jangka panjang, saya punya satu mimpi. Hanya kepada suami dan Ibu saya bercerita tentang mimpi saya. Kedua orang tercinta inilah yang sangat mendukung bisnis saya ini.
Semoga saja krisis ekonomi tidak mematikan usaha yang baru dimulai ini dan mimpi besar saya dapat terwujud. Jika itu terwujud, mungkin saat itulah saya benar-benar merasakan setiap tarikan nafas saya bermanfaat dan memiliki berkah. Amien...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar